Monday, February 28, 2011

behaviourist orientation to learning

the behaviourist orientation to learning

The behaviourist movement in psychology has looked to the use of experimental procedures to study behaviour in relation to the environment. 

John B. Watson, who is generally credited as the first behaviourist, argued that the inner experiences that were the focus of psychology could not be properly studied as they were not observable. Instead he turned to laboratory experimentation. The result was the generation of the stimulus-response model. In this the environment is seen as providing stimuli to which individuals develop responses.
In essence three key assumptions underpin this view:
  • Observable behaviour rather than internal thought processes are the focus of study. In particular, learning is manifested by a change in behaviour.
  • The environment shapes one's behaviour; what one learns is determined by the elements in the environment, not by the individual learner.
  • The principles of contiguity (how close in time two events must be for a bond to be formed) and reinforcement (any means of increasing the likelihood that an event will be repeated) are central to explaining the learning process. (Merriam and Caffarella 1991: 126)
Researchers like Edward L. Thorndike build upon these foundations and, in particular, developed a S-R (stimulus-response) theory of learning. He noted that that responses (or behaviours) were strengthened or weakened by the consequences of behaviour. This notion was refined by Skinner and is perhaps better known as operant conditioning - reinforcing what you want people to do again; ignoring or punish what you want people to stop doing.
In terms of learning, according to James Hartley (1998) four key principles come to the fore:
  • Activity is important. Learning is better when the learner is active rather than passive. ('Learning by doing' is to be applauded).
  • Repetition, generalization and discrimination are important notions. Frequent practice - and practice in varied contexts - is necessary for learning to take place. Skills are not acquired without frequent practice.
  • Reinforcement is the cardinal motivator. Positive reinforcers like rewards and successes are preferable to negative events like punishments and failures.
  • Learning is helped when objectives are clear. Those who look to behaviourism in teaching will generally frame their activities by behavioural objectives e.g. 'By the end of this session participants will be able to...'. With this comes a concern with competencies and product approaches to curriculum.
See, also: · learning · the behaviourist orientation to learning · the cognitive orientation to learning · the humanistic orientation to learning · the social/situational orientation to learning ·

References

Hartley, J. (1998) Learning and Studying. A research perspective, London: Routledge.
Hergenhahn, B. R. and Olson, M. H. (1997) An Introduction to Theories of Learning 5e, Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
Merriam, S. and Caffarella (1991, 1998) Learning in Adulthood. A comprehensive guide, San Francisco: Jossey-Bass.
Skinner, B. F. (1973) Beyond Freedom and Dignity, London: Penguin.
Tennant, M. (1988, 1997) Psychology and Adult Learning, London: Routledge.
Watson, J. B. (1913) 'Psychology as the behavourist views it', Psychological review 20: 158.

Sunday, February 20, 2011

Saturday, February 19, 2011

Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (PKB)




Salah satu kelemahan proses pembelajaran yang dilaksanakan para guru adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap proses pembelajaran pada mata pelajaran apa pun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran tanpa adanya usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), berpikir adalah proses menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir.
Model pembelajaran merupakan sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Yang berarti bahwa arah terakhir dari sebuah model pembelajaran adalah keberhasilan dari tujuan pembelajaran. Jadi, sebelum melakukan pembelajaran dengan sebuah model tertentu, haruslah ditentukan tujuan yang ingin dicapai terlebih dahulu. Dalam pembelajaran berpikir, pengetahuan tidak diperoleh sebagai transfer dari orang lain, akan tetapi pengetahuan diperoleh melalui interaksi siswa dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan yang ada.
Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (PKB) merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa (Sanjaya, 2007;223). Dalam PKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, tetapi siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang dilakukan terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. PKB menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek, menganalisis, dan mengkonstruksinya sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam diri individu.
Jadi, PKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh PKB bukan sekadar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (PKB) memiliki unsur-unsur model belajar mengajar sebagai berikut :
1. Sintakmatik (tahapan)
Ada 6 tahap dalam PKB, yaitu :
  1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1). Penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh siswa.
2). Penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
Pemahaman siswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan PKB. Pemahaman yang baik akan membuat siswa tahu kemana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu, tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam implementasi proses pembelajaran. Untuk itulah dialog yang dikembangkan guru dalam tahap ini harus mampu menggugah dan menumbuhkan minat belajar siswa.
  1. Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahap inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
  1. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atau topik itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan sehingga bisa mendorong siswa untuk berpikir. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran pada tahap selanjutnya akan ditentukan oleh tahapan ini.
  1. Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam PKB. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahap inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat menumbuhkan keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkapkan fakta sesuai dengan pengalamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan, dan lain sebagainya.
  1. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan. Tahap akomodasi bisa juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkapkan kembali pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.
  1. Tahap Transfer
Tahap Transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini guru dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembicaraan.
2. Sistem Sosial
Sistem sosial yang terjadi dalam pembelajaran dengan model pembelajaran PKB adalah suasana pembelajaran yang bersifat terbuka dan fleksibel atau dengan kata lain kondisi yang nyaman bagi siswa sehingga bebas untuk berinteraksi dalam lingkungan yang responsif, yang mudah untuk memusatkan perhatian dan kondisi yang bebas dari tekanan sehingga memungkinkan siswa untuk berdiskusi.
3. Prinsip Reaksi
Proses pembelajaran PKB menekankan pada proses mental peserta didik secara maksimal. PKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut peserta didik untuk sekedar mendengar dan mencatat tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir. Artinya, setiap kegiatan belajar disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan stimulus-respon saja, tetapi juga disebabkan karena adanya dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
4. Sistem pendukung
Tersedianya sarana dan prasarana yang tersedia sebagai sumber belajar di sekolah, misalnya berupa buku fisika dan alat percobaan yang lengkap sesuai dengan materi yang ada.
5. Dampak intruksional
PKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus-menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
6. Dampak pengiring
PKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru
.

Penggunaan Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (PKB) pada Pembelajaran Fisika
Suatu model pembelajaran yang diterapkan guru akan bergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan model itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran (Sanjaya, 2008;296).
Model pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti dalam penyusunan suatu model pembelajaran, metode yang akan digunakan guna melengkapi model tersebut haruslah berkesinambungan. Tidak menutup kemungkinan satu model pembelajaran bisa menggunakan lebih dari satu metode yang relevan terhadap model tersebut.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (PKB) pada pembelajaran fisika meliputi:
1). Penjabaran tentang tujuan dan tata cara pembelajaran,
2). Guru mengkondisikan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan topik yang akan dibahas,
3). Pembentukkan kelompok dan pembagian permasalahan yang akan didiskusikan dengan teman kelompok masing-masing,
4). Pemecahan masalah dengan cara berdiskusi dengan teman kelompok didampingi oleh guru,
5). Penyimpulan jawaban masalah yang dikaji bersama-sama dengan bimbingan guru,
6). Pemberian tugas baru yang sesuai dengan topik pembahasan