Wednesday, December 15, 2010

MODEL PEMBELAJARAN PART 1. COOPERATIVE LEARNING


MODEL MODEL PEMBELAJARAN PART 1. COOPERATIVE LEARNING

ODEL MODEL PEMBELAJARAN PART 1. COOPERATIVE LEARNING
KarakteristikPembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap Peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada Peserta didik dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif Peserta didik lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua Peserta didik dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001), yaitu; (1) Student Teams Achievement Division (STAD), (2) Group Investigation, (3)Jigsaw, dan (4) Structural Approach. Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancanguntuk kelas-kelas rendah adalah; (1) Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8(setingkat TK sampai SD), dan Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah; (1) belajar bersama dengan teman, (2)selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada Peserta didik sendiri, (8) mahasiswa aktif (Stahl, 1994). Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson dan Johnson (1984) serta Hilke (1990) mengemukakanciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah; (1) terdapat saling ketergantungan yang positif di antar anggota kelompok, (2) dapat dipertanggung jawabkan secara individu, (3) heterogen, (4) berbagi kepemimpinan, (5) berbagi tanggung jawab, (6) menekankan pada tugas dan kebersamaan, (7) membentuk keterampilan sosial, (8) peran guru/dosen mengamati proses belajar Peserta didik, (9) efektivitas belajar tergantung pada kelompok.Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang anggota), bersifatheterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jender, suku, maupun lainnya.
Prinsip DasarModel pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yangdiasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar Peserta didik. Pendekatan yangdimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan dimaksudkan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan Peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktifitas fisik semata. Peserta didik diberi kesempatanuntuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Peserta didik dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang relevan. Kegiatan demikian memungkinkan Peserta didik berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan pengetahuannya. Pendekatan konstruktivistik dalam model pembelajaran kooperatif dapat mendorong Peserta didik untuk mampu membangun pengetahuannya secara bersama-sama di dalam kelompok. Mereka didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan. Mahasiswa menafsirkan bersamasama apa yang mereka temukan atau mereka bahas. Dengan cara demikian, materi pelajaran dapat dibangun bersama dan bukan sebagai transfer dari Guru. Pengetahuan dibentuk bersama berdasarkan pengalaman serta interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar, sehingga terjadi saling memperkaya diantara anggota kelompok. Ini berarti, Peserta didik didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap fenomena yang sedang dipelajari meningkat. Mereka didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian membangun sudut pandang atau mengkonstruksi pengetahuannya secara bersama pula. Hal ini merupakan realisasi dari hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran. Pendekatan kooperatif mendorong dan memberi kesempatan kepada Peserta didik untuk trampil berkomunikasi. Artinya, Peserta didik didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, meminta feedback serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Peserta didik juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau berbagi informasi dan sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus. Peserta didik juga mampu memimpin dan trampil mengelola kontroversi (managing controvercy) menjadi situasi problem solving, mengkritisi ide bukan persona orangnya.Model pembelajaran kooperatif ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapatditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan diantara Peserta didik serta antara Peserta didik dan guru merasa bebas mengeluarkan pendapat dan idenya, serta bebas dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam kurikulum. Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan di dalam kelompok. Peserta didik berupaya untuk berpikir keras dan saling mendiskusikan di dalam kelompok. Kemudian Guru serta Peserta didik lain dapat mengejar pendapat mereka tentang ide-idenya dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong Peserta didik untuk mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut cara kelompok. Berpijak pada karakteristik pembelajaran di atas, diasumsikan model pembelajaran kooperatif mampu memotivasi mahasiswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran di berbagai bidang studi atau matakuliah, baik untuk topik-topik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkrit.
KompetensiKompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif disamping; (1) pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu, serta (2) kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, dan (3) kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan pemahaman terhadap materi yang menjadi obyek kajiannya, juga dapat dikembangkan (4) softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggung jawab, serta bekerja sama. Tentu saja kemampuan-kemampuan tersebut hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk menghayati berbagai kemampuan tersebut disediakan secara memadai, dalam arti, model pembelajaran kooperatif diterapkan secara benar dan memadai.
MateriMateri yang sesuai disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah materi-materi yang menuntut pemahaman tinggi terhadap nilai, konsep, atau prinsip, serta masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Materi ketrampilan untuk menerapkan suatu konsep atau prinsip dalam kehidupan nyata juga dapat diberikan. Materi dapat berasal dari berbagai bidang studi, seperti bahasa, masalah-masalah social ekonomi, masalah kehidupan bermasyarakat, peristiwa-peristiwa alam, serta ketrampilan dan masalah-masalah lainnya.
Prosedur PembelajaranPada dasarnya, kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu; orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para dosen dengan berpegang pada hakekat setiap langkah sebagai berikut:1. OrientasiSebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Dosen mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh Peserta didik, serta system penilaiannya. Pada langkah ini Peserta didik diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan Peserta didik, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.
2. Kerja kelompokPada tahap ini Peserta didik melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luasdan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran. Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh dosen. Panduan harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai. Misalnya, Peserta didik diharapkan dapat mengembangkan media tepatguna dalam pembelajaran. Untuk itu, Peserta didik secara bersama-sama perlu berdiskusi, melakukan analisis terhadap komponen-komponen pembelajaran seperti; kompetensi apa yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, materi apa yang dipelajari, strategi pembelajaran yang digunakan, serta bentuk evaluasinya. Peserta didik juga melakukan eksplorasi untuk mengembangkan media tepatguna. Eksplorasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok sesuai kesepakatan. Hasil eksplorasi dibahas dalam kelompok untuk menghasilkan media-media pembelajaran tepatguna yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar mahasiswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.3. Tes/KuisPada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua Peserta didik telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing Peserta didik menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/ masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis pembelajaran sebelum mengembangkan media? Peserta didik dapat juga diminta membuat prototype media tepatguna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam pembelajaran, dsb.4. Penghargaan kelompokLangkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan sekor tes individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat Peserta didik di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok. Misalnya, bagi kelompok yang mendapat rata-rata kenaikan skor sampai dengan 15 mendapat penghargaan sebagai “Good Team”. Kenaikan skor lebih dari 15 hingga 20 mendapat penghargaan “Great Team”. Sedangkan kenaikan skor lebih dari 20 sampai 30 mendapat penghargaan sebagai “Super Team”. Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar, sehingga dalam satu satuan waktu pembelajaran anggota kelompok dapat diputar 2-3 kali putaran. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota kelompok dalam kelompok tersebut. Di akhir tatap muka dosen memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas pada pertemuan itu, sehingga terdapat kesamaan pemahaman pada semua Peserta didik
EvaluasiEvaluasi belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai prates, selama pembelajaran, serta hasil akhir belajar mahasiswa baik individu maupun kelompok. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap, ketrampilan dan kemampuan berpikir serta berkomunikasi Peserta didik. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, merupakan contoh aspek-aspek yang dapat dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan prosedur evaluasi:1. Penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman Peserta didik terhadap materi yang dikaji, meliputi ranah kognitif, afektif, dan ketrampilan.2. Penilaian kelompok meliputi berbagai indikator keberhasilan kelompok seperti, kekohesifan, pengambilan keputusan, kerjasama, dsb.Kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi. Kriteria ini diperlukansebagai pedoman dosen dan Peserta didik dalam upaya mencapai keberhasilam belajar, apakah sudah sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
PenutupModel pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang ada padanya. Kelemahan tersebut antara lain terkait dengan kesiapan guru dan Peserta didik untuk terlibat dalam suatu strategi pembelajaran yang memang berbeda dengan pembelajaran yang selama ini diterapkan. Guru yang terbiasa memberikan semua materi kepada para Peserta didiknya, mungkin memerlukan waktu untuk dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Ketidaksiapan guru untuk mengelola pembelajaran demikian dapat diatasi dengan cara pemberian pelatihan yang kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk mencobakannya. Sementara itu, ketidaksiapan Peserta didik dapat diatasi dengan cara menyediakan panduan yang antara lain memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan, system evaluasi, dsb. Kendala lain adalah waktu. Strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran. Terlepas dari kelemahannya, model pembelajaran kooperatif mempunyai kekuatan dalam mengembangkan softskills mahasiswa seperti, kemampuan berkomunikasi, berfikir kritis, bertanggung jawab, serta bekerja sama. Jika kelemahan dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang dapat memacu peningkatan potensi Peserta didik secara optimal. Oleh sebab itu, sangat diharapkan guru mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif. Dosen dapat mengembangkan model ini sesuai dengan bidang studinya, bahkan mungkin dari model ini para guru dapat mengembangkan model lain yang lebih meyakinkan.
Tahap tahap
Sintakmatik Penyusunan sumber belajara. Pilih/ buatkan bacaan yang dapat dipelajari untuk belajar dan membantu menyelesaikan permasalahan.b. Menyiapkan konsep pembelajaran yang akan di analisis.c. Menyiapkan pertanyaan pembuka sebagai pengndali diskusi, yang harus dijawab melalui diskusi kelompok. Penyusuna persiapan untuk pelaksanaan model a. Penyusunan rencana program pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif.b. Mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan.c. Penyusunan instrumen evaluasi (kontrol) ntuk proses dan hasil KBM.
Sistem sosial a. Peserta diharapkan memiliki tingkat berfikir yang sama.b. Peserta memiliki motivasi belajar yang relatif sama.c. Peserta diharapkan mampu meningkatkan kerjasama akademik.d. Peserta mampu membentuk hubungan positif dalam kelompok.e. Peserta mampu mengembangkan rasa percaya diri.f. Peserta mampu meningkatkan kemampuan akademik melalui akifitas kelompok.g. Peserta mampu membangun hubungan interpersonal.h. Peserta mampu menggunakan strategi berfikir tingkat tinggi.i. Meningkatkan harga diri tiap individu.j. konflik antar pribadi berkurang.k. sikap apatis berkurang.l. Pemahaman yang lebih mendalam.m. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman selelasnya.n. Peserta dapat mencegah keagresifan dalm sistem kompetisi.o. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Prinsip Reaksi a. Guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari.b. Guru menjelaskan tentang cara pembelajaran yang akan di laksanakan untuk menelaah materi.c. Guru memberikan pengarahan : pembagian kelompok dan cara diskusi dalam kelompok kecil atau klasikal dan fungsi guru pada kondisi itu.d. Guru menjelaskan hasil belajar yang akan dnilai dan cara penilaiannya.e. Guru memerintahkan untuk mulai membagi kelompok , melaksanakan diskusi, memoderatori diskusi kelas, dan melakukan evakuasi proses KBM.f. Guru melakukan pemantapan materi(dengan ceramah dan diskusi).Sistem pendukung a. Kelas yang dapat untuk diskusi kelompok kecil maupun klasikal.b. Sumber belajar ( buku atau bacaan ) sekurang-kurangnya sesuai dengan yang dianjurkan ( sebagai bacaan wajib) dan sekurang-kurangnya setiap kelompok kecil ada 2 buku.c. Viuwer dan komputer lengkap sebagai media untuk mempresentasikan hasil kelompok.d. Media penunjang pengajaran.
5 Dampak5.1 Dampak Instruksional / pembelajaranSetelah mengikuti pembelajaran dengan model koooperatif siswa dapat menguasai materi secara nominal maupun fungsional.5.2 Dampak Pengiring Setelah mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif siswa mampu:a. Berdiskusib. Bekerjasamac. Menghargai pendapat orang laind. Mengemukakan pendapate. Mampu mendemonstrasikan pemahamannyaf. Kemampuan berfikir kritis g. Berkomunikasih. Bertanggung jawab

Sunday, December 05, 2010

MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, GAYA part 1

MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, GAYA part 1

MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, GAYA

Bagian Satu Pengantar

1. Pengantar Pendefinisian
Kata definisi sebagai awal pembahasan konsep, bagi semua orang yang pernah belajar bukanlah sesuatu yang baru. Akan tetapi tidak semua orang memahami maknai konteks dan kontens dari suatu definisi teristimewa dalam konsep Teknologi Pendidikan dan pembelajaran. Hal itu dapat disebabkan berbagai faktor, mungkin kita lupa atau ada perkembangan baru yang luput dari perhatian dan pandangan kita. Implikasinya sering kali terjadi kesalahartian dan kesalahkaprahan baik dalam tataran konsep maupun penerapannya. Berdasarkan realita yang dikemukakan, perlu kiranya kita tinjau kembali sebagai pencerahan dalam memaknai definisi, agar dalam uraian pembahasan mengenai Teknologi Pendidikan dan pembelajaran terdapat suatu kesepamahaman.
Israel Schaffler (1960) membedakan definisi umum dengan ilmiah. Definisi umum dapat dengan mudah dipahami oleh setiap orang, mengingat pemaknaannya merupakan suatu penjelasan dalam konteks pemakaiannya.

Definisi umum mempunyai tiga golongan yaitu:
(1) definisi stimulatif,
(2) definisi deskriptif, dan
(3) definisi programatis.
Definisi ilmiah berorientasi pada teoretis dan teknis yang pemahamannya memerlukan pengetahuan khusus sesuai dengan kajian dalam konteks penelitian termasuk pengkajian pendidikan. Suatu kajian dapat didefinisikan dalam beberapa cara, seperti peran yang dimainkan oleh praktisi, dengan ruang lingkup pengetahuan tertentu, atau dengan syarat-syarat profesional di bidangnya (Marriner-Tomey, 1989).
Definisi dapat bersifat logis atau metaforis atau paduan keduanya, misalnya secara metaphor peran suatu mata pelajaran dapat dideskripsikan seperti menggambarkan perancang pembelajaran sebagai seorang seniman. Sebelum suatu definisi dikem-bangkan, perlu kiranya dipahami parameter yang perlu dijelaskan. Parameter adalah asumsi yang menjadi dasar untuk membuat keputusan. Suatu keputusan sebelum diformulasikan haruslah diperhatikan ruang lingkup, tujuan, titik pandang, sasaran dan karakteristik yang penting dan perlu.

Memaknai Model, Pendekatan, Strategi, Metode, Gaya dan Teknik dan Prosedur

a. Model
Pengembangan kurikulum 2004 pada tingkat sekolah merupakan suatu kegiatan tugas professional pendidikan, yang bertolak dari perubahan kondisi pembelajaran saat ini dan merekonstruksi suatu model pembelajaran ke masa yang akan datang, maka perlu dipahami terlebih dahulu apa dan bagaimana model, pendekatan, strategi, metode, gaya, teknik dan prosedur dalam konteks praktik pembelajaran. Beberapa pendapat ahli dapat dikemukakan berikut ini.
Law dan Kelton (1991:5) mendefinisikan :

“model sebagai representasi suatu sistem yang dipandang dapat mewakili sistem yang sesungguhnya. Visualisasi dirumuskan melalui aktivitas mental berupa berpikir (ways of thinking) tertentu untuk melakukan konkritisi atas fenomena yang abstrak”.
Mills (1989:4) berpendapat bahwa :
“model adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Hal itu merupakan interpretasi atas hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa system”.
Adapun kata modeling secara harafiah sebagai suatu proses yang diawali dengan pengidentifikasian atau perangkat komponen terkait dari sebuah model ideal. Sistem identifikasi merupakan proses melahirkan model sistem matematika dari data yang dapat diobservasi, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil identifikasi itu, dikembangkan model fisikal yang berupa struktur jaringan.

Perumusan model mempunyai tiga tujuan utama yaitu; (1) memberikan gambaran atau deskripsi kerja sistem untuk periode tertentu, dan di dalamnya secara implisit terdapat seperangkat aturan untuk melaksanakan perubahan, atau memprediksi cara sistem beroperasi di masa depan; (2) memberikan gambaran tentang fenomena tertentu menurut diferensiasi waktu atau memproduksi seperangkat aturan yang bernilai bagi keteraturan sebuah sistem; (3) memproduk model yang mempresentasikan data dan format ringkas dengan kompleksitas rendah.

Johansen (1993:2) mengemukakan empat kategori model yaitu :
(1) cognitive models (human concepts); (2) normative models (purposes oriented); (3) deskriptive models (behavior oriented); dan (4) functional model (action and control oriented).
Cognitive models (human concepts) merupakan model-model konseptual yang mendasari penalaran dan persepsi, belajar induktif, pembuatan keputusan, perencanaan dan sebagainya. Cognitive models (human concepts) juga bermakna sebagai usaha manusia untuk memahami dan mengontrol segala seluk-beluk yang berkaitan dengan dunianya.
Normative models (purposes oriented) merupakan penggambaran mengenai fungsi-fungsi spesifik yang diinginkan, tujuan dan sasaran sebuah sistem atau proses. Model normatif pada umumnya digunakan dalam kerangka disain enginering dan regulasi pemerintahan.
Deskriptive models (behavior oriented) pada umumnya digunakan untuk tujuan saintifik dan teknologikal, model semacam ini biasanya dipilah menjadi dua kategori: (a) model kuantitatif yang dijelaskan dengan angka-angka atau parameter, dan (b) model kualitatif yang dijelaskan dengan data dan kategorial.
Graham T. Allison (1971:323-325) mengemukakan terdapat tiga model dalam mengatasi krisis sistem pemerintahan di Cuba, yaitu : (1) Model konseptual dasar yang dinamakan rational policy model; (2) organizational procces model; (3) bureacrratic politics model.

Pressman (1997:37-44) mengemukakan ada empat model dalam disain perangkat lunak yaitu;
  1. Model inkremental (merupakan kombinasi dari elemen-elemen model sekuenisal linier (aplikasi representatif) dengan model protipe. Model ini jika staf belum mampu menyelesaikan sebuah rencana implementasi pada batas akhir yang telah ditentukan. Untuk keperluan itu, sebuah rencana dapat dipilah menjadi satuan-satuan dengan proses penggarapan yang bersifat sekuensial linier.
  2. Model spiral, yaitu pemilahan ke dalam aktivitas kerangka kerja atau wilayah tugas. Wilayah tugas yang dimaksud misalnya; (a) komunikasi dengan kostumer; (b) perencanaan; (c) analisis risiko; (d) rekayasa; (e) kontruksi; (f) evaluasi.
  3. Model perakitan komponen, proses kerja mengikuti kerangka model spiral. Meskipun demikian, sangat mungkin terjadi pengulangan persyaratan yang harus dipenuhi pada masing-masing wilayah kegiatan sehingga memerlukan komponen baru.
  4. Model pengembangan bersamaan, setiap aktivitas pengerjaan sebuah proyek dilakukan secara bersamaan waktunya sesuai dengan karakteristiknya.
Bertolak dari uraian mengenai model yang telah dikemukakan memberikan pemahaman, bahwa suatu model dapat ditinjau dari aspek mana kita memfokuskan suatu pemecahan permasalahannya.

„Pengertian model pembelajaran dalam konteks ini, merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi KTSP dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas“.

b. Pedekatan
Pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.
Pendekatan pembelajaran sebagai proses penyajian isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau beberapa metode pilihan. Dengan demikian pendekatan dapat dikatakan lebih luas dari metode, dan lebih komprehensif dalam kajian, akan tetapi lebih aplikasi dalam praktik baik disadari maupun tidak.

c. Strategi
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan pembelajaran, dengan mengintregasikan komponen urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan pebelajar, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan, secara efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran terkandung pertanyaan bagaimanakah cara menyampaikan isi pelajaran? Maka komponen operasional strategi pembelajaran berupa urutan kegiatan, metode pembelajaran, media pembelajaran dan waktu.
d. Metode
Metode dalam arti kharafiah adalah cara teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan yang teratur (KBBI, 2000:652).
Metode pembelajaran sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh dan memberikan pelatihan), isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu.
Metode pembelajaran biasa diistilahkan juga sebagai metode instruksional. Metode Instruksional (pembelajaran) berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dab memberi latihan) isi pelajaran kepada mahasiswa untuk mencapai tujuan tertentu (Atwi Suparman (1997:166).
e. Gaya
Gaya adalah kesanggupan atau kapasitas seseorang untuk berbuat sesuatu yang diekspresikan baik secara implisit maupun eksplisit. Gaya sangat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, yang saling terkait dengan kondisi lingkungan.
Gaya belajar adalah kapasitas seseorang dalam melakukan aktivitas pembelajaran dirinya, sesuai dengan potensi dominan yang tidak tampak atau tampak. Dengan demikian gaya belajar setiap orang berbeda, sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

f. Tipe

Tipe merupakan kumulasi dari suatu model, contoh, corak atau macam dari hasil pengklasifikasian. Tipe cenderung bersifat khas dan menunjukkan spesifikasi dari suatu produk atau profil nyata.
Bertolak dari beberapa definisi yang dikemukakan, tampaknya dalam aktivitas pengembangan kurikulum dan pembelajaran perlu konsistensi pemaknaan dan disepakati menurut kaidah yang berlaku.

Bagian Dua
Rumpun Model Mengajar (lanjutut ke posting selanjutnya, MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, GAYA part 2

Model Pembelajaran LC ( Learning Cycle)

Model Pembelajaran LC ( Learning Cycle)

Slavin (2005:187) mengatakan bahwa pada dasarnya para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi yang berbeda-beda dari rumah. Ketika guru memberikan suatu materi pelajaran dalam kelas, siswa dalam menerima pelajaran tersebut ada yang cepat dan ada yang lambat. Untuk mengatasi masalah perbedaan kecepatan siswa dalam menerima materi dalam kelas dapat digunakan model pembelajaran Leaning Cycle.

LC (Learning Cycle) ,yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC (Learning Cycle) patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi (Arifin, 1995).
Ciri khas model pembelajaran LC(Learning Cycle) ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru yang kemudian hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Kelebihan model pembelajaran LC (Learning Cycle) meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran., dapat memberikan kondisi belajar yang menyenangkan, meningkatkan ketrampilan sosial dan aktivitas siswa, membantu siswa dalam memahami dan menguasai konsep-konsep fisika yang telah dipelajari melalui kegiatan atau belajar secara berkelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Sehingga, Model pembelajaran LC (Learning Cycle) ini cocok diterapkan dalam pembelajaran fisika karena dapat mengatasi kesulitan belajar siswa secara individu untuk memahami konsep karena lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah.

Menurut Piaget (1989) model pembelajaran LC (Learning Cycle (5 E)) pada dasarnya memiliki lima fase yaitu:
1. Engagement (Undangan)
Bertujuan mempersiapkan diri pebelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.
2. Exploration (Eksplorasi)
Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
3. Explanation (Penjelasan)
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.
4. Elaboration (Pengembangan)
Siswa mengembangkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
5. Evaluation (Evaluasi)
Pengajar menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik dengan jalan memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima materi pelajaran.


Gambar 1. Langkah-langkah Daur Belajar (Sumber: Johnston, 2001)

Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, LC dapat dimplementasikan dalam pembelajaran bidang-bidang sain maupun sosial.
LC (Learning Cycle) ,yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC (Learning Cycle) patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar yang berbasis konstruktivisme. LC melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi pebelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial.

Implementasi LC dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu:
1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir.Pengetahuan di konstruksi dari pengalaman siswa.
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.(Hudojo,2001)

Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri pebelajar menjadi pengetahuan fungsional yang setiap saat dapat diorganisasi oleh pebelajar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan sekolah menengah tentang implementasi LC dalam pembelajaran sain menunjukkan keberhasilan model ini dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa (Budiasih dan Widarti, 2004; Fajaroh dan Dasna, 2004).

Model pembelajaran LC (Learning Cycle) ini memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Sintakmatik
Langkah-langkah model pembelajaran LC (Learning Cycle) yakni pada table 2.1 sebagai berikut :


2. Sistem sosial
Sistem sosial yang berlaku dan berlangsung dalam model Learning Cycle bersifat demokratis. Setiap siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat berupa jawaban dan pertanyaan sehingga tercipta suasana belajar yang aktif. Siswa juga dituntut bekerja sama dengan teman sehingga terjalin interaksi antar siswa. Maka dari itulah didalam suatu kelompok siswa dituntut untuk membuat hubungan yang baik antar anggota kelompok sehingga sikap untuk menghargai sesama dan saling membantu sangatlah diperlukan.

3. Prinsip reaksi
Guru berperan sebagai penasehat, konsultan, dan pemberi kritik terhadap kinerja siswa. Guru berupaya menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar secara aktif dan juga guru berupaya menciptakan kegiatan pembelajaran yaang menuntut terjadi interaksi antara siswa dengan siswa yang lain maupun antara siswa dengan guru.
Didalam penerapan model pembelajaran ini, guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas pebelajar pada setiap kelompok, antara lain dengan memberikan penjelasan materi atau bacaan yang terkait dengan tugas-tugas kelompok.

4. Sistem pendukung
Sistem pendukung pembelajaran adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sarana pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran ini adalah, buku paket fisika SMP kelas VII sebagai referensi siswa untuk mengaitkan informasi dalam lembar tugas dengan konsep fisika, LKS, papan tulis, alat tulis dan kartu permainan (cards game)

5. Dampak instruksional
Dampak instruksional dari model pembelajaran ini antara lain: pemahaman terhadap konsep, kemampuan menerapkan konsep fisika dalam memecahkan masalah, kemampuan merespon, bertanya menjawab pertanyaan, memperhatikan penjelasan guru dan menilai fenomena fisika yang terjadi, serta kemampuan bersosialisasi.

6. Dampak pengiring
Dampak pengiring dari model pembelajaran ini antara lain : kemampuan bersikap jujur, kemampuan menghargai pendapat orang lain, kemampuan memandang masalah dari berbagai perspektif, kemampuan berpikir divergen atau berpikir kreatif, memiliki rasa percaya diri, memiliki motivasi belajar, memiliki keterampilan hidup bergotong royong, diskusi dengan kelompok, dan bekerja sama dengan teman satu kelompok.
Model LC (Learning Cycle) ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2. Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain;
3. Siswa mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil dan berguna, kreatif, bertanggung jawab, mengaktualisasikan dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi
4. Pembelajaran menjadi lebih bermakna